Senin, 18 Juni 2012

BUDAYA BACA PUSTAKAWAN



BUDAYA BACA PUSTAKAWAN
Oleh
Fahrizandi,S. Ag, S.S dan Suhandi, A. Ma. Pust.[2]


A.    Pendahuluan
Informasi dalam kehidupan manusia semakin dirasakan sebagai kebutuhan yang sangat penting, hal ini sesuai dengan sifat manusia yang selalu ingin mengetahi hal-hal baru guna meningkatkan taraf kehidupannya. Dalam hal ini dapat diartikan siapa yang menguasai informasi hari ini,maka ia akan menguasai hari esok. Pernyataan ini, menunjukkan betapa pentingnya infrmasi dalam kehidupan manusia.
Mencari informasi itu, banyak cara diantaranya dengan membaca. Membaca merupakan kegiatan untuk mencari informasi yang kita butuhkan melalui media cetak. Minat baca dikalangan masyarakat sudah kerap kali terlontar dengan problem klasik di negeri ini, hanya segelintir baik untuk anak-anak, remaja maunpun orang dewasa dari desa sampai ke kota-kota besar yang benar-benar hobi untuk membaca.
Jika ditelusuri persoalan ini rendahnya minat baca dikalangan masyarakat kita kadang bermula karena factor finansial seperti mahalnya harga buku di pasaran. Selama ini diketahui bahwa buku memberikan arti dan faedah yang sangat penting bagi manusia, tidak hanya setiap diri orang, melainkan juga berdampak terhadap aplikasi desain prospek kehidupan di masa akan datang.
Namun jika mahalnya harga buku di pasaran sehingga tidak mampu membel buku sebagai factor rendahnya minat baca, mungkin tidak berlaku bagi pustakawan. Karena pustakawan bekerja “dilumbung infromasi”. Pustakawan yang bekerja di perpustakaan selalu bersentuhan dengan buku, pertanyaan apakah buku (infroamasi) telah dimanfaatkan secara maksimal.
Kenyataan di lapangan, minat baca pustakawan masih rendah. Bagaimana mungkin pustakawan yang setiap hari beradapan dengan buku (informasi) tidak tertarik untuk membaca. Hasil dari dua penelitian Saleh, dkk (1995 Dan 1997) mendapatkan kesimpulan yang kosisten bahwa minat dan kebiasaan membaca masyarakat Indonesia belum tinggi dan cenderung rendah (Abdul Rahman Saleh).
Sebenarnya, dari namanya saja profesi pustakawan selalu berurusan dengan buku (informasi) jika pustakawan yang selalu berada di tengah-tengah informasi tidak memiliki informasi, maka hal itu dapat diibaratkan dengan semut yang mati di tengah-tengah tumpukan gula. Karena itu harus ada upaya dari pusakawan untuk menumbuhkan minat baca.

B.     Permasalahan
Berapa banyak orang mengembangkan minat membaca dan banyak pula yang tidak mengembangkan minat itu. Perkembangan minat baca tidak hanya ditentukan oleh keinginan dan sikapnya terhadap bahan-bahan bacaan, banyak faktor yang mempengaruhinya baik faktor internal maupun eksternal. Selain itu juga banyak yang mendukung dan menghambat perkembangannya, oleh itu factor pendukung perlu diperkuat sehingga dapat lebih membantu merangsang pembinaan minat baca.
Secara umum permasalahan ini adalah bagaimana budaya baca pustakawan? Secara khusus dapat dirumuskan :
1.      Bagaimana kegiatan pustakawan di perpustakaan ?
2.      Bagaiamana teknik membaca yang efektif fan efisien?
3.      Apa saja yang mempengaruhi rendahnya budaya baca?

C.    Pembahasan Masalah

1.  Pengertian
Membaca, dalam Oxford leaner’s pocket dictionary (2000, 356-357):  read (verb) adalah look at and understand something written or printed, sedangkan reading (noun) adalah act of reading something.
Pustakawan, librarian(English): person in charge of a library (Oxford leaner’s pocket dictionary 2000, 247).
Pustakawan adalah orang yang memberikan dan melaksanakan kegiatan perpustakaan dalam usaha pemberian layanan kepada masyarakat sesuai dengan misi  yang diemban oleh badan induknya berdasarkan ilmu perpustakaan , dokmentasi, dan informasi  yang diperolehnya melalui pendidikan. (Sulistyo Basuki, 1993 : 8).

2.  Bagaimana kegiatan pustakawan di perpustakaan ?
Pengalaman sejauh ini memperlihatkan, bahwa sebagian besar atau hampir semua tenaga pustakawan di Indonesia, yaitu 2.636 orang (92.5 %) merupakan pustakawan pekerja, yaitu kelompok “ prajurit” atau tawon-tawon tenaga fungsional psakawan. Sudah saatnya, komunitas kepustakawanan Indonesia pelu memiliki kolompok pustakawan pemikir dan kelompok pustakawan peneliti (Hernandono, 2005).
Dari kelompok pustakawan peikir diharapkan dapat dihasilkan berbagai pemikiran serta tentang kepustakawanan Indonesia. Sedangkan, dari kelompok peneliti diharapkan menghasilkan produk berupa kajian, kritik dan analisis kepustakawanan Indonesia.
Lebih lanjut diungkapkan frofil pusskawan dindonesia, sebagai berikut :
a.       Pustakawan mengidap gejala “sindrom autis, yaitu kecenderungan seseorang yang sibuk dengan dunianya sendiri dan tida suka bila ada orang lain mengganggu, hubungan dengan profesi lain sangat terbatas.
b.      Sebagian pustakawan Indonesia masih lemah di dalam penguasaan bahasa asing dan teknologi informasi (TI). Berbagi situs jaringan informasi sebagai sala satu wadah komunikasi maya atau virtual, belum dimanfaatkan secara maksimal.
Zulfikar Zen menggambarkan dalam kegiatan teknologi informasi, 3 (tiga) profesi sebagai pemain, yaitu : a)  pakar computer, b) pakar kamunikasi, c) pakar ilmu perpustakaan dan informasi. Pakar computer sangar piawai dalam hal perangkat lunak dan keras, pakar komunikasi lebih pada sarana komunikasi dan penyampaiannya, sedangkan pustakawan memiliki keahlian dalam hal informasi  atau kandungan isinya. Meihat tantangan sekaligus peluang menuntut profesi sebagai pekerja informasi untuk sealau melakukan pembinaan. Tanpa megikuti perkembangan, profesi pustakawan akan ketinggalan dan akan ditinggalkan.
c.       Pada umumnya, pustakawan tidak banyak menulis. Menulis merupakan salah satu keterampilan berkomunikasi. Tentu saja menulis yang baik didukung oleh banyaknya informasi yang diperoleh. Untuk memperole informasi harus bana membaca. Sementara budaya baca pustakawan masih relative rendah banyak factor yang mempengaruhi, diantaranya kurang minat baca, sibuk dengan rutinitas kegiatan perpustakaan dan kegiatan diluar perpustakaan
Secara umum kegitan pustakawan hanya rutinitas sekitar klasifikasi, katalogisasi, dan pelayanan tanpa banyak melakukan kreativitas dan inovasi yang signifikan.

3.  Bagaimana teknik membaca yang efektif fan efisien?
Untuk memasuki dunia buku, perlu mengubah paradigma dalam memandang buku. Buku sama saja dengan makanan, yaitu makanan ruhani dan layaknya makanan kesukaan, beberapa hal yang hars dilakukan terhadap buku :
a.       Agar membaca buku tidak mengantuk, pilihlah buku-buku yang memang disukai
b.      Kenali siap pengarang  buku tersebut atau mintalah kepada orang lain yang telah untuk menunjukan hal-hal yang menarik utk dibaca
c.       Bacalah sedikit demi sedikit, cari alaman yang menarik dan bermanfaat.
Lebih lanjut, Kegiatan membaca sebenarnya telah dilakukan jauh sejak mulai menempuh pendidikan formal. Diawali dengan pengenalan huruf selanjut memahami kalimat per kalimat. Kemampuan membaca harus melibatkan semua aspek panca indera sehingga bacaan dapat diserap secara maksimal.
Beda orang beda teknik cara membaca. Setiap teknik masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Dalam Tulisan ini, ditawarkan salah satu teknik membaca yang dapat diterapkan yaitu dengan menggunakan SAVI approach (pendekatan SAVI).
SAVI adalah akronim dari Somatis (bersifat raga), Auditori (bersifat suara), Visual (bersifat gambar), dan Intelektual (bersifat merenungkan), apibila sebuah pembelajaran dapat melibatkan seluruh unsure ini, pembelajaran akan berlangsung efektif sekaligus atraktif. Dave Meier (Hernowo, 2003 : 91-93).
Pertama, Membaca secara somatic. Berarti saat membaca, perlu melibatkan fisik. Membaca yang efektif apabila posisi tubuh dalam keadaan relaks, tidak tegang. Apabila selama membaca mengalami kejenuhan, cobalah menghentikan proses pembacaan sejenak dan gerakanlah seluruh tubuh kita.
Kedua. Membaca secara auditori. Kadang-kadang saat membaca ditemukan beberapa kalimat yang sulit sekali dicerna atau menemukan kalimat menarik tetapi sulit berkonsentrasi untuk memahaminya. Cobalah kalimat tersebut dibaca secara keras sehingga telinga lahir dapat mendengarnya dengan jelas.
Ketiga. Membaca secara visual. Proses membayangkan ini, jelas akan mengefektifkan pembacaan buku. Saat membaca atau berhenti sejenak menggambarkan sendiri apa yang diuraikan oleh sang pengarang di benak kita agar pemahaman lebih efektif.
Keempat. Membaca secara intelektual menunjukkan apa yang dilakukan oleh pembelajar dalam pikirannya secara internal mereka mengunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman dan meciptakan hubungan, makna, arti, dan nilai pengalaman tersebut.
Selanjutnya, Hernowo menjelaskan manfaat membaca buku diantaranya mampu menumbuhkan saraf-saraf di kepala. Aktivitas membaca buku menggabungkan banyak aktivitas penting lain.
Pertama, perlu memusatkan perhatian agar teks yang dibacA dapat memberikan manfaat
Kedua, apabila menemukan hal-hal menarik dari sebuah buku dapat diberikan tanda atau catatan
Ketiga, sebuah kalimat yang menarik akan membuat saraf-saraf di otak bekerja secara efektif. Tiba-tiba saraf-saraf itu berhubungan dan dapat menemukan sesuatu yang baru. Bahkan, seorang peneliti dari Henry Ford Health System, bernama Dr. C. Edward Coffey, membuktikan bahwa hanya dengan membaca buk, seseorang akan terhindar dari penyakit demensia (penyakit yang merusak jaringan otak)
Adapa tujuan membaca diantaranya:
Membaca adalah memperoleh pegertian dari kata-kata yang di tulis orang lain dan merupakan dasar dari pendidkan awal.Seseorang tampa latar belakang dapat membaca sangat menghambat baik dalam pendidikan, pencapaian cita-cita maupun sosialisasinya di masyarakat. Akibatnya seseorang yang tidak dapat membaca sangat tidak menyenangkan.(Y.Sofyan,1991).
Membaca merupakan sarana untuk bagi diri sendiri dan untuk rekreasi,disamping itu membaca juga merupakan sarana untuk mengusir kesepian,jendela bagi kahidupan dan pelita yang tak pernah padam. Dalam memahami sesuatu.dengan membaca kita dapat mengatahui sesuatu yang telah terjadi baik masa lalu,masa kini dan masa yang akan datang.(Dayang Nellie 1996).

4.  Faktor-faktor yang mempengaruhi minat baca
Meskipun budaya baca ini banyak dilontarkan dengan berbagai macam program, pandangan dan kajian serta penelitian dalam bentuk tulisan-tulisan dari pemerhati para ahli,disini juga dicoba cara pemasyarakatan budaya baca melalui pendekatan yang lebih dini dan terpadu baik dilakukan oleh orang tua, pusakawan maupun masyarakat.
Apabila membaca belum merupakan suatu kebiasaan dan minat baca belum membudaya, mungkin dapat dimaklumi, seperti dikemukakan oleh Jane E. Campbell disebabkan oleh :
a.       Bercerita merupakan budaya yang sangat berkembang biak di Indonesia
b.      Acara  yang ditayangkan televisi lebih diminati oleh masyarakat di segala lapisan daripada membaca
c.       Koleksi diperpustakaan kurang sesuai dengan minat dan kebutuhan masyarakat
d.      Lokasi dan faslitas yang memadai perlu diperhatikan (Dinamika Informasi dalam Era global, 1998 : 297)

D.    Penutup
Budaya baca hendaknya harus ditumbuhkan bagi setiap lapisan masyarakat lebih khusus kepada pustakawan yang selalu berinteraksi dengan buku (informasi). Sebelum pengguna perpustakaan cerdas alangkah baiknya pustakawan sudah cerdas lebih dahulu sehingga pengalaman dan intelektualnya dapat ditransfer kepada orang lain. Artinya pustakawan hendaknya menjadi pilot dalam mendorong minat baca masyarakat.










Daftar Pustaka

Dinamika Informasi dalam Era global, 1998, Bandung : Remaja Rosdakaya

Hernandono, 2005. Meretas kebuntuan kepstakawan Indonesia dilihat dari sisi sumber daya Tenaga perpustakaan. Makalah Orasi ilmiah dan pengukuhan Pustakawan Utama.

Hernowo, (2003), Andai Buku itu sepotong pizza, Bandung : Kaifa.


Saleh, Abdul Rahman, Mendorong penerbitan Jurnal Bidang Perpustakaan di Indonesia, Makalah .(http://bpib-art.blogspot.com/ tangal 7/27/2007 8.80 pm)

Sulistyo basuki, (1993). Pengantar Ilu Perpustakaan, Jakarta : Gramedia

Zen, Zulfikar, Profesi Pustakawan, Makalah. 2007






[1] Kajian Perpustakaan, Perpustakaan STAIN Pontianak, 12 April 2008
[2] Pustakawan STAIN Pontianak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar